Sejarah Masjid Nabawi Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Masjid ini adalah merupakan simbol dari agama Islam yang terus berkembang dengan pesat hingga ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Awal pembangunan masjid ini ketika Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya berhijrah ke Madinah. Di waktu itu ukuran dan bentuknya sangat sederhana. Sangat berbeda dengan sekarang yang megah dan sangat luas sehingga mampu menampung jamaah lebih banyak. Perkembangan Masjid Nabawi Masjid Nabawi pada jaman dahulu kala mempunyai lantai hanya dari tanah dan beratapkan pelepah kurma. Dahulu hanya ada 3 (tiga) pintu dan itu pun sangat sederhana sekali. Kala itu ketika akan membangun Masjid Nabawi ini, sebelumnya ada bangunan yang dimiliki oleh Bani Najjar. Kemudian Rasul memberikan tawaran kepadanya (Bani Najjar) untuk dijual kepadanya. Namun kaum Bani Najjar menolak tawaran tersebut, mereka dengan suka rela dan ikhlas mewakafkan tanah berserta bangunan mereka untuk pembangunan Masjid Nabawi. Dalam Hadits Anas Bin Malik mengatakan “Saat itu di area pebangunan Masjid Nabawi terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan dan pohon kurma. Rasulullah pun memerintahkan untuk memindahkan mayat yang ada di makam tersebut dan meratakan puing-puing serta menebang pohon kurma.” Pada tahun ke-7 Hijriah perkembanga umat Islam maju sangat peseta dan pengikutnya semakin banyak. Kebutuhan akan masjid pun menjadi semakin penting, maka Rasulullah pun mengambil kebijakan berinisiatif untuk memperluas Masjid Nabawi. Alhasil masjid ini menjadi lebih luas dan lebar. Dan semua pembiayaan dari perluasan masjid ini ditanggung oleh Utsman bin Affan sahabat nabi sendiri. Masjid Nabawi ini merupakan masjid yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepada Allah. Keutamaan sholat dimasjid ini, akan dilipat gandakan pahalanya. Rasulullah SAW bersabda : “Shalatlah di masjidku (Nabawi) ini lebih utama dari 100 (seratus) kali shalat di masjid selainnya kecuali Masjidil Haram” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Nabi pernah khutbah di masjid ini dengan berdiri diatas pohon kurma, melihat hal itu kemudian para sahabat membuatkan sebuah mimbar. Selanjutnya sejak dibuatkan mimbar tersebut, nabii khutbah di atasnya (mimbar). Jangan pernah bersumpah didekat mimbar ini, karena jika itu dilakukan maka ia telah melakukan dosa dan dusta. Itulah keutamaan tersendiri dari mimbar Masjid Nabawi. Di sekitar masjid tersebut ada yang disebut Raudhah, yaitu suatu tempat di masjid yang terletak di antara mimbar beliau dan dengan kaar rumah beliau. Rasulullah menjelaskan keutamaan Raudhah : “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas telagaku”. (HR Bukhari). Jarak antara mimbar dan rumah nabi tidak terlalu jauh, sekitar 53 hasta (atau sekitar 26,5 meter). Rumah Nabi memang berdekatan dengan masjid, yang paling dekat adalah kamar beliau bersama Aisyah. Di zaman Nabi kamar beliau dibangun dengan dinding pelepah kurma, dan dilapisi bulu akan tetapi sekarang sudah dijadikan dengan bangunan yang permanen sehingga lebih kokoh dan kuat. Nabi Muhammad SAW dimakamkan di kawasan ini karena beliau wafatnya di kamar Aisyah. Kemudian sahabatnya Abu Bakar pun dimakamkan ditempat yang sama pada tahun 13 Hijriyah. Makam Nabi yang berada di Masjid Nabawi menghadap ke arah kiblat (Ka’bah). Disini juga makan sahabatnya dikebumikan (Abu Bakar dan Umar Bin Khatab). Masjdi yang tidak Pernah Sepi Ketika mengunjungi Jazirah Arab, masjid ini menjadi tujuan utama untuk dikunjungi. Masjid Nabawi sampai saat ini tidak pernah sepi dari para jamaah. Apalagi memasuki musim umroh dan musim haji, dimana para jamaah memanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk beribadah di masjid tersebut. Semoga kita yang belum pernah kesana bisa dengan segera berkunjung ke Masjid Nabawi dan merasakan keutamaan-keutamaan didalamnya.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
November 2016
Categories |